Pertumbuhan Bursa Karbon Belum Sentuh Level yang Menggembirakan Meskipun Masih Relatif Stabil

Avatar photo

- Pewarta

Minggu, 9 Juni 2024 - 16:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). (X.com/@IDX_BEI)

Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). (X.com/@IDX_BEI)

HARIANINVESTOR.COM – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan perlu kerja sama erat antara lembaga dan pelaku industri untuk menumbuhkan transaksi di bursa karbon.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK Antonius Hari P.M pada FGD dengan Redaktur Media Massa di Batam, Sabtu, mengatakan

Hingga 5 Juni 2024, total perdagangan di bursa karbon baru mencapai 600 ribu ton setara CO2 dengan nilai transaksi Rp36,78 miliar.

Bursa karbon Indonesia berdiri sejak 26 September 2023, setelah 9 bulan berdiri, pertumbuhan bursa karbon masih relatif stabil dan belum menyentuh level yang menggembirakan.

Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK Antonius Hari P.M menyampaikan hal itu pada FGD dengan Redaktur Media Massa di Batam, Sabtu (8/6/2024).

“Ini kami yakin potensinya tinggi, namun kerja sama di antara OJK dan kementerian serta industri terkait sangat penting untuk pertumbuhan bursa karbon,” kata Antonius.

Ia menekankan bahwa OJK tidak bisa berdiri sendiri untuk menumbuhkan bursa karbon.

Namun perlu dukungan lintas kementerian dan industri untuk mendorong transaksi perdagangan karbon dengan meningkatkan suplai dan permintaan.

“Karena kita butuh dukungan untuk supply and demand. Itu di luar kontrol kami, lebih ke kementerian terkait,” ujar dia.

Dari sisi pasokan atau suplai, bursa karbon Indonesia dapat ditopang dari sektor kehutanan, energi, maupun transportasi.

“Suplai itu ‘didrive’ (didorong) dari kementerian. Untuk ‘demand’ itu ‘didrive’ misalnya dengan pajak karbon, allowance (kewajiban),” kata dia.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon yang didirikan pada September 2024 menyediakan sistem perdagangan yang transparan, teratur, wajar, dan efisien.

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon Melalui Bursa Karbon.

IDXCarbon terhubung dengan SRN PPI milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Sehingga mempermudah administrasi perpindahan unit karbon dan menghindari penghitungan dua kali.

Pelaku usaha berbentuk perseroan yang memiliki kewajiban dan/atau memiliki komitmen untuk secara sukarela menurunkan emisi gas rumah kaca, dapat menjadi pengguna jasa IDXCarbon dan membeli unit karbon yang tersedia.

Menurut Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), potensi bursa karbon Indonesia bisa mencapai Rp3.000 triliun.

Menurut Presiden, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam nature-based solutions.

Dan menjadi satu-satunya negara yang sekitar 60 persen pemenuhan pengurangan emisi karbonnya berasal dari sektor alam.

Menurut Presiden, terdapat kurang lebih 1 gigaton karbondioksida (CO2) potensi kredit karbon yang bisa ditangkap.***

Berita Terkait

CEO Baru Patick Sugito Waluyo Harus Bekerja Keras untuk to Turn Around GoTo, Bisa? Harus Bisalah
Kemungkinan Penguatan Rupiah di Semester Kedua, Performa IHSG Diharapkan Lebih Baik dengan
IHSG Juni 2024 Menguat 1,33% Menutup di 7063, Prediksi Juli Hanya Menguat Tipis di Tengah Ketidakpastian Pasar
Harga Komoditas Batubara, Emas, dan Nikel Cenderung Melemah, Apa Penyebabnya?
Komoditas Emas dan Dolar AS Disebut Sebagai Investasi yang Menguntungkan, Ini Penjelasan Airlangga
Jajaran Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham hingga Miliaran Rupiah, Ini Tujuannya
Staking Crypto vs Yield Farming: Pilihan Mana yang Tepat untuk Anda?
Direksi BRI Kompak Lakukan Aksi Borong Saham BBRI Siratkan Bentuk Optimisme Kinerja
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Senin, 15 Juli 2024 - 20:42 WIB

CEO Baru Patick Sugito Waluyo Harus Bekerja Keras untuk to Turn Around GoTo, Bisa? Harus Bisalah

Kamis, 4 Juli 2024 - 14:51 WIB

Kemungkinan Penguatan Rupiah di Semester Kedua, Performa IHSG Diharapkan Lebih Baik dengan

Kamis, 4 Juli 2024 - 02:14 WIB

IHSG Juni 2024 Menguat 1,33% Menutup di 7063, Prediksi Juli Hanya Menguat Tipis di Tengah Ketidakpastian Pasar

Sabtu, 29 Juni 2024 - 07:37 WIB

Harga Komoditas Batubara, Emas, dan Nikel Cenderung Melemah, Apa Penyebabnya?

Senin, 24 Juni 2024 - 15:59 WIB

Komoditas Emas dan Dolar AS Disebut Sebagai Investasi yang Menguntungkan, Ini Penjelasan Airlangga

Minggu, 23 Juni 2024 - 11:08 WIB

Jajaran Direksi BRI Kembali Lakukan Aksi Borong Saham hingga Miliaran Rupiah, Ini Tujuannya

Jumat, 21 Juni 2024 - 19:49 WIB

Staking Crypto vs Yield Farming: Pilihan Mana yang Tepat untuk Anda?

Rabu, 12 Juni 2024 - 19:33 WIB

Direksi BRI Kompak Lakukan Aksi Borong Saham BBRI Siratkan Bentuk Optimisme Kinerja

Berita Terbaru