Kurs Rupiah Tidak Melemah tapi Kurs Dolar AS yang Menguat Tehadap Rupiah, Itu Kata Menkeu Sri Mulyani

Avatar photo

- Pewarta

Sabtu, 20 April 2024 - 12:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Facebook.com/@Sri Mulyani Indrawati)

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Facebook.com/@Sri Mulyani Indrawati)

Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)

HARIANINVESTOR.COM – Kurs rupiah tidak melemah. Tetapi kurs dolar AS yang menguat terhadap rupiah. Begitu kata Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Kurs dolar memang melonjak cukup tinggi. Tembus Rp16.302 per dolar AS pada 16 April 2024. Bahkan kurs spot sempat menyentuh Rp16.337 per dolar AS pada keesokan harinya.

Tentu saja BI tidak tinggal diam. Intervensi. Tapi, kurs dolar hanya turun sedikit. Masih bertahan di atas Rp16.200.

Jumat, 18/4/24, kurs dolar masih melanjutkan tren naik. Otoritas moneter masih berjuang keras intervensi, menjaga dolar agar jangan tembus Rp16.300.

Kurs dolar fluktuatif, itu hal biasa. Tapi, kalau tren naik terus, cukup bahaya.

Masalahnya, asumsi, atau prediksi, kurs dolar AS di APBN 2024 hanya Rp15.000. Nampaknya, prediksi Sri Mulyani ini salah besar. Pasti melenceng jauh.

Melenceng? Tidak juga.  Bukkan melenceng. Tapi ini semua gara-gara Iran.

Begitulah, pemerintah selalu mempunyai 1001 alasan untuk pembenaran. Kali ini, serangan Iran ke Israel menjadi kambing hitam.

Gara-gara Iran, kurs rupiah anjlok. Begitu respons beberapa menteri, kompak menuding serangan Iran membuat kurs rupiah loyo.

Padahal, kurs rupiah sudah merosot sejak awal tahun. Kurs rupiah pada awal Januari 2024 masih cukup ok, Rp15.390 per dolar AS.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Tetapi, kemudian merosot menjadi Rp16.215 pada 17 April 2024. Merosot 825 rupiah. Sangat signifikan.

Artinya, alasan serangan Iran membuat rupiah loyo hanya ilusi.

Yang benar adalah, kurs rupiah merosot karena investor asing menarik uangnya keluar dari Indonesia.

Menunjukkan, perekonomian Indonesia secara umum kurang menarik.

Kalah dari Vietnam, yang mampu menarik Rp256 triliun investasi dari Apple Inc. Sedangkan Indonesia hanya mendapat Rp16 triliun.

Dalam tiga bulan, Januari-Maret 2024, dolar yang kabur ke luar negeri mencapai 6 miliar dolar AS. Hampir Rp100 triliun.

Hal ini dapat dilihat dari cadangan devisa yang merosot dari 146,4 miliar dolar AS pada akhir Desember 2023 menjadi 140,4 miliar dolar AS pada akhir Maret 2023.

Yang memprihatinkan, dollar outflow di bulan Maret 2024 sangat besar, mencapai 3,6 miliar dolar AS.

Nampaknya, dollar outflow masih terus berlanjut di bulan April ini. Makanya, kurs rupiah masih merosot terus.

Jadi, sekali lagi, serangan Iran ke Israel hanya ilusi.

Terus, kalau kurs rupiah merosot menjadi Rp16.000 atau Rp17.000 per dolar AS, memang kenapa?

Pasti kenapa-napa. Konsekuensinya cukup serius terhadap APBN dan ekonomi.

Pertama, beban bunga pinjaman utang luar negeri pemerintah pasti membengkak dari yang diperkirakan di dalam APBN 2024. Bisa membengkak lebih dari Rp15 triliun.

Kedua, beban subsidi akan melonjak, terutama subsidi BBM, listrik, elpiji, pupuk.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Ketiga, kenaikan kurs dolar membuat nilai utang luar negeri pemerintah (dan Bank Indonesia) dalam rupiah membengkak.

Dengan jumlah utang mencapai 210 miliar dolar AS per akhir tahun 2023, utang luar negeri pemerintah dalam rupiah akan bertambah Rp210 triliun.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

Artinya, kalau kurs dolar bertahan di Rp16.300 sampai akhir tahun, utang pemerintah akan tembus Rp10.000 triliun pada akhir tahun ini.

Keempat, kurs dolar naik, inflasi meningkat, menekan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.

Dampaknya, kalau intervensi Bank Indonesia tidak berhasil mengangkat kurs rupiah menguat.

Maka masyarakat harus siaga menghadapi suku bunga yang lebih tinggi, dan tentu saja menekan perekonomian nasional.

Dan bukan tidak mungkin pemerintah juga akan menaikkan harga energi (bbm, listrik, lgp), memangkas subsidi, dengan alasan “APBN akan jebol”.

Mungkin dikombinasikan dengan kenaikkan tarif pajak PPN lagi?.***

Berita Terkait

BNI Didorong untuk Tingkatkan Pembiayaan Agar Sektor UMKM Dapat Bersaing di Kancah Global
Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan BRI Jalin Kerjasama Penyediaan Jasa dan Layanan Perbankan
Ini Langkah BRI untuk Perkuat Keamanan Digital Agar Nasabah Nyaman, Lindungi dari Serangan Siber
BRI Mendapat Apresiasi Wajib Pajak Patuh dan Berkontribusi Besar Terhadap Penerimaan Pajak
4 Perusahaan Pembiayaan Diakuisisi Sejumlah Investor Asing dari Korea Selatan, Hong Kong dan Jepang
OJK Tanggapi Soal Isu Pembatalan Merger PT Bank MNC International Tbk dengan PT Bank Nationalnobu Tbk
BUMN di Bawah Kementerian Keuangan Ini Disebut OJK Tak Didukung dengan Prinsip Kehati-hatian
Jadi Bank Nomor 1 di Indonesia Versi The Banker Top 1000 Banks 2024, BRI Kembali Cetak Prestasi di Kancah Global
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.