HARIANINVESTOR.COM – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyarankan produksi nikel untuk ekspor dibatasi antara 30 hingga 40 persen agar bisa dominan dipakai untuk industri di dalam negeri.
Nikel adalah material strategis dan terbatas, sehingga suatu saat dapat mengalami penurunan dan mengarah pada keadaan kritis jika tidak dikelola dengan bijaksana.
Indonesia memiliki nikel terbesar kedua di dunia setelah Kaledonia, jumlah cadangan bijih nikel sebanyak 5,24 miliar ton dan cadangan logam nikel sebanyak 57 juta ton.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian mengatakan hal itu dalam keterangan di Jakarta, Jumat (30/5/2024
“Dengan mengelola sumber daya alam yang dimiliki secara efektif, Indonesia dapat mengurangi dampak lingkungan.”
“Yang terkait dengan impor material dan mempercepat pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.
Baca artikel lainnya, di sini: Berikut Penjelasan Penyanyi Nayunda Nabila Soal Terima Tas Mewah dan Kalung Emas dari SYL
Baca Juga:
Implikasi Jaminan MEDC pada Kredit BNI untuk Anak Perusahaan
Sektor Energi dan Keuangan Jadi Tumpuan di Tengah Tekanan Pasar
Indonesia Gabung BRICS: Peluang Baru di Tengah Krisis Multilateralisme
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Metalurgi BRIN Effendi mengatakan total sumber daya bijih nikel Indonesia mencapai 17,68 miliar ton dan sumber daya logam nikel sebanyak 177 juta ton.
Menurutnya, bijih nikel 90 persen tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.
Baca artikel lainnya, di sini: Prakonvensi RSKKNI Pembiayaan OJK: Memastikan SDM Keuangan Siap Hadapi Tantangan Global
“Indonesia memiliki cadangan komoditas mineral dan batu bara cukup melimpah yang memiliki peran strategis dalam pembangunan,” kata Effendi.
Baca Juga:
Purbaya Janji Tak Lagi LPS Jadi Tukang Tutup Bank Seenaknya
PART Bagi Dividen Tunai 2024: Investor Terima Rp1,709 per Saham
WINR Putuskan Tidak Bagikan Dividen 2024, Fokus Perkuat Laba Ditahan Perusahaan
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa Indonesia perlu mengembangkan produksi nikel untuk baterai mobil listrik, paduan produk nikel dan serbuknya, serta pengembangan industri senyawa nikel.
Tak hanya stainless steel dan baterai listrik, diversifikasi produk sangat penting untuk pengembangan industri nikel.
Termasuk dorongan regulasi yang bisa menjamin kondusivitas industri nikel di Indonesia.***
Sempatkan juga untuk membaca berbagai berita dan informasi lainnya di media online Infoekbis.com dan Infoekonomi.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media online ini, atau pun serentak di puluhan media ekonomi & bisnis lainnya, dapat menghubungi Rilisbisnis.com.
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Baca Juga:
MFMI Ditegur BEI: Strategi Free Float Belum Final
Bahlil Kritik PLN, Pemerintah Pastikan PLTS Desa Dibiayai Langsung APBN
BNI Smart Ecosystem Dorong Efisiensi Fiskal, Raih Apresiasi GovMedia Awards
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai perkembangan dunia politik, hukum, dan nasional melalui Hello.id